Adam Smith

ENTER-SLIDE-2-TITLE-HERE

ENTER-SLIDE-3-TITLE-HERE

ENTER-SLIDE-4-TITLE-HERE

Rabu, 02 Oktober 2013

Posted by Kelompok 11 On 17.55
I.      Pengertian dan Manfaat Penganggaran Modal
Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada waktu yang akan datang. Penganggaran modal berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi yang diusulkan. Aktivitas suatu investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir).
Penganggaran modal meliputi seluruh periode investasi yang mencakup pengeluaran-pengeluaran (cost) dan manfaat (benefit) yang dikuantifikasi, sehingga memungkinkan untuk diadakan penilaian dan membandingkannya dengan alternatif investasi lainnya.
Penganggaran modal dalam prakteknya dimaksudkan untuk mengadakan analisis investasi dari beberapa alternatif investasi yang tersedia, untuk kemudian menetapkan atau memilih investasi yang paling menguntungkan. Ketidaktepatan dalam menetapkan pilihan investasi akan menimbulkan kerugian-kerugian baik kerugian ril ataupun kerugian karena kehilangan kesempatan untuk memperoleh manfaat yang lebih menguntungkan (opportunity cost) yang sebenarnya dapat diwujudkan. Analisis investasi akan menyeleksi kesempatan-kesempatan investasi yang ada, sehingga dapat dipilih investasi yang memberikan manfaat terbesar dari setiap rupiah dana yang diinvestasikan.

Manfaat Penganggaran Modal :
a.       Untuk mengetahui kebutuhan dana yang lebih terperinci, karena dana yang terikat jangka waktunya lebih dari satu tahun.
b.      Agar tidak terjadi over invesment atau under invesment.
c.       Dapat lebih terperinci, teliti karena dana semakin banyak dan dalam jumlah yang sangat besar.
d.      Mencegah terjadinya kesalahan dalam decision making.

II.      Aliran Kas
Di dalam melakuan analisa  capital budgeting diperlukan estimasi arus kas. Dimulai dari investasi awal hingga proyek itu berjalan. Pada tahap awal kas perusahaan masih negatif karena perusahaan hanya mengeluarkan dana untuk pelaksanaan proyek tersebut, setelah proyek tersebut selesai dan arus kas akan menjadi positif akibatnya adanya penghasilan yang dihasilkan dari investasi tersebut.

Masalah Dalam Menghitung Aliran Kas
Perusahaan mengharapkan akan menghasilkan arus kas yang lebih besar daripada sebelum melakukan suatu investasi. Di dalam capital budgeting ini disebut sebagai arus kas tambahan (incremental cash flow).  Incremental cash flow ini yang digunakan untuk menghitung atau menganalisa kelayakan suatu proyek dengan metode net present value.

Empat (4) hal yang harus diperhatikan di dalam menentukan arus kas tambahan yaitu (Ross, 2008) :
1.      Sunk Cost  Pengeluaran yang telah terjadi di masa lalu, yang tidak terpengaruh oleh keputusan menerima atau menolak suatu proyek.
2.      Opportunity Cost  Biaya yang timbul karena perusahaan kehilangan kesempatan menerima suatu pendapatan karena aset perusahaan digunakan pada proyek yang lain.
3.      Side Effect  Dapat diklasifikan sebagai  erosion atau  synergy.  Erosion terjadi ketika produk baru menurukan cash flow sedangkan synergy terjadi sebaliknya  
4.      Allocated Cost  Dilihat sebagai pengeluaran kas jika terjadi kenaikan cost pada proyek.

Arus kas dalam suatu proyek terdiri atas beberapa komponen yaitu:
a.      Initial investment (Investasi awal)   : Semua pengeluaran yang digunakan untuk membiayai proyek tersebut.
b.      Free Cash Flow Arus kas bersih yang dapat dihasilkan selama proyek tersebut berlangsung. Yang diperhitungkan disini adalah selisih arus kas masuk dan keluar (pendapatan dan biaya) setelah dikurangi pajak dan tidak memperhitungkan bunga dan depresiasi.
c.       Terminal Value Arus kas yang dihasilkan jika pada akhir periode, investasi tersebut dijual. Nilai ini adalah nilai bersih dari penjualan tersebut

III.     Metode Analisis Penganggaran Modal dan Penerapannya

1.      Payback periode
Jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang ditanam, semakin cepat modal dapat diperoleh kembali berarti semakin kecil resiko yang harus diambil/ dihadapi (Periode waktu yang menunjukkan berapa lama dana yang diinvestasikan akan bisa kembali)
·         Kebaikan : sangat mudah diterapkan
·         Kelemahan :
a.       tidak memperhatikan time of money value
b.      tidak memperhatikan cash in flow setelah masa payback sehingga tidak bisa digunakan sebagai alat ukur.

Rumus:
Payback periode  =  jumlah investasi * 1 tahun
                                                    Proceed

 jika payback periode > umur ekonomis, investasi ditolak
 jika payback periode < umur ekonomis, investasi diterima

2.      Net Present Value (NPV)
            Metode penilaian investasi yg menggunakan discounted cash flow. (mempertimbangkan nilai waktu uang pada aliran kas yg terjadi sekarang dengan arus kas keluar yang akan diterima pada masa yang akan datang).
·         Kebaikan :
a.       memperhitungkan time value of money
b.      memperhitungkan seluruh cash flow selama usia investasi
·         Kelemahan :
dalam membandingkan dua investasi yang sama modalnya, nilai tunai netto tidak dapat digunakan sebagai pedoman.

Rumus :
NPV  =  PVNCF – PVNOL

Langkah – langkah :
a.       Tentukan discount rate yang digunakan berdasarkan biaya modal atau Required Rate Of  Return.
b.      Menghitung present value dari net cash flow.
c.       Menghitung present value dar net outlay.
d.      Menghitung present value dengan mengurangkan PVNCF dengan PVNOL.
e.       Kriteria :
Jika NPV (+), investasi diterima.
Jika NPV (-), investasi ditolak.

3.      Internal Rates Of Return (IRR)
            Tingkat pengembalian yang dihasilkan atas suatu investasi atau discount rate yang menunjukkan present value cash flow = present value outlay. IRR yang didapat dibandingkan dengan biaya modal yang ditanggung peruusahaan.

IRR
=
I2
+
NPV2
x
(i2 – i1)




NPV1   -  NPV2




Di mana :
I1             =  tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)
I2             =  tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1      =  net present value 1
NPV2      =  net present value 2

  Jika IRR > I, investasi diterima
  Jika IRR < I, Investasi ditolak


4.      Profitability Index
                Membagi nilai antara sekarang arus kas masuk yang akan datang diterima diwaktu yang akan datang dengan arus kas keluar.

Rumus :
Profitability Index    =    PV. Proceed
                                                      PV.outlay
    
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI < 1, investasi ditolak

5.      Accounting Rate of Return
            Mendasarkan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku/reported acc.Income. Metode ini menilai suatu dengan memperhatikan rasio antara rata-rata dengan jumlah modal yang ditanam (initial investment) dengan ratio antara laba bersih dengan rata-rata modal yang ditanam.
·         Kebaikan : terletak pada kesederhanannya yang mudah dimengerti karena menggunakan data akuntansi yang tersedia.
·         Kelemahan :
a.       Tidak memperhatikan time of money value
b.      Untuk proyek yang ada rata-rata laba bersihnya

Rumus :
ARR     =    Jumlah EAT x 100%
                            Investasi

jika ARR > 100%, investasi diterima
jika ARR < 100%, investasi ditolak





DAFTAR PUSTAKA


Posted by Kelompok 11 On 17.51
I.  Pengertian dan Konsep Biaya Relevan, Sunk Cost, Avoidable Cost, dan Opportunity Cost
Relevan cost atau biasa disebut juga biaya sesungguhnya adalah semua biaya-biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk. Yang termasuk ke dalam relevan cost yaitu biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik) dan biaya non-produksi (biaya pemasaran atau penjualan dan biaya administrasi).

Konsep-konsep Biaya
  1. Relevant cost : disebut juga differential cost, yaitu biaya yang patut dipertimbangkan di dalam pemilihan alternatif keputusan yang diambil. Biaya yang berbeda pada setiap keputusan alternative yang diambil.
  2. Sunk Cost : biaya-biaya yang tidak mengeluarkan pengeluaran tunai contoh, biaya penyusutan, amortisasi goodwill.
  3. Avoidable cost : adalah  biaya yang dapat dihilangkan baik seluruhnya ataupun sebagian  dengan memilih salah satu alternatif yang tersedia.
  4. Opportunity Cost (biaya kesempatan) : keuntungan yang terpaksa dilepaskan karena diambilnya suatu alternative lain.

Biaya differential tidak cocok untuk penggolongan akuntansi yang mungkin dilakukan karena biaya-biaya differential memperlakukan biaya produk berdasarkan differensial/ perbedaan bukan berdasarkan biaya total.
Dalam pertimbangan biaya relevan, manajemen perlu untuk memperhatikan biaya produksi dan biaya non produksi.
II.         Penerapan Biaya Relevan Pada Berbagai Kondisi
Keputusan yang diambil manajemen  meliputi berbagai macam dan jangka waktu, misal keputusan dalam kegiatan operasi rutin atau keputusan yang diambil dalam masalah-masalah khusus. Pengambilan keputusan rutin pada umumnya terjadi dan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan yang bersifat teratur dan rutin. Pengambilan keputusan khusus pada umumnya bersifat tidak teratur waktu terjadinya dibandingkan dengan keputusan operasi perusahaan secara periodik, bersifat khusus dan bahkan luar biasa.
Pengambilan keputusan khusus banyak jenisnya, yang akan dibahas dalam bab ini adalah pengambilan keputusan khusus yang berkaitan dengan :

1.     Meniadakan atau menambah Jenis Produk atau Departemen.
Manajemen selalu dihadapkan dengan keputusan-keputusan yang mengarah pada kombinasi produk yang dapat menghasilkan laba yang maksimal. Pada umumnya pengambilan keputusan untuk meniadakan produk atau departemen timbul karena jenis produk atau departemen yang bersangkutan menderita kerugian secara terus menerus. Dalam hal ini manajemen harus mempertimbangkan pendapatan differensial dan baiya differensial dalam pengambilan keputusan tersebut.
Jika keputusan yang akan diambil meniadakan salah satu jenis produk atau departemen, harus pula dipertimbangkan adanya biaya terhindarkan (avoidable cost) dan biaya tak terhindarkan (unavoidable cost). Biaya tak terhidarkan biasanya merupakan biaya bersama (joint cost) bagi beberapa jenis produk atau departemen, sehingga peniadaan salah satu jenis produk/depertemen tidak mempengaruhi terjadinya biaya tersebut. Dalam pengertian biaya relevan, biaya terhindarkan merupakan biaya relevan yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif, sedang biaya tak terhindarkan merupakan biaya yang tidak relevan, maka dalam pengambilan keputusan biaya ini dapat diabaikan.
Bila ada produk baru maka penghasilan dan biayanya harus dievaluasi secara hati-hati untuk meyakinkan apakah labanya cukup besar untuk membenarkan keputusan menjual produk tersebut.
2.     Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku Produk dari Luar
Manajemen sering dihadapkan pada persoalan yang berkaitan erat dengan penggunaan bahan  produksi, misal untuk perusahaan perakitan adalah masalah penggunaan suku cadang, apakah perusahaan akan membuat sendiri karena memang perusahaan mempunyai fasilitas untuk membuat suku cadang tersebut atau membelinya dari perusahaan lain.
Jika fasilitas perusahaan untuk suku cadang tersebut telah mencapai kapasitas penuh, maka untuk memenuhi kebutuhan proses produksi karena meningkatnya volume penjualan perusahaan sudah tidak memungkinkan, maka tidak mengherankan kalau perusahaan terpaksa memenuhinya dengan cara membeli dari perusahaan lain. Akan tetapi dalam hal kapasitas perusahaan masih memenuhi untuk memproses meningkatnya volume penjualan, maka keputusan untuk membeli suku cadang dari luar harus mempertimbangkan biaya differensial dan kemungkinan fasilitas perusahaan yang menganggur. Analisis differensial mampu memecahkan masalah ini
3.     Menerima atau Menolak Pesanan Khusus
Menerima atau menolak pesanan khusus adalah dua alternatif keputusan yang ada kalanya dihadapi oleh manajemen. Pesanan khusus adalah pesanan di luar penjualan normal, biasanya dengan harga yang lebih rendah dari harga jual normal.
Keputusan tentang harga jual produk (jasa) jangka panjang harus mendasarkan pada pertimbangan full cost. Tetapi dalam jangka pendek (masih ada kapasitas yang menganggur), penentuan harga jual dapat dilakukan dengan hanya mempertimbangkan differensial cost. Oleh karena itu, pesanan khusus mungkin menarik, meskipun harganya lebih rendah dari harga jual normal. Analisis differensial dapat digunakan untuk mengevaluasi differensial revenue and cost yang berhubungan dengan pesanan khusus ini. Harga jual yang diterima menurut analisis ini hanya berlaku untuk jangka pendek, bukan untuk kegiatan reguler perusahaan dalam jangka panjang.
4.     Menyewakan atau Menjual Fasilitas Perusahaan
Pengambilan keputusan dapat pula berkaitan dengan pemilihan alternatif menyewakan atau menjual fasilitas yang tidak dipergunakan lagi dalam operasi perusahaan. Dalam pemilihan alternatif tersebut, manajemen harus pula mempertimbangkan pendapatan differensial dan biaya differensial
5.     Memproses Lebih Lanjut setelah Split-off Point atau Langsung Menjual
Dalam suatu perusahaan ada kemungkinan beberapa produk akan diproduksi secara bersama-sama dari bahan baku yang sama atau dari satu proses produksi yang sama. Kondisi seperti itu disebut sebagai joint product atau co-product. Saat dapat dipisahkannya produk-produk itu dari proses produksi disebut dengan split-off point.  Biaya yang timbul dalam proses produksi sebelum spilt-ff pont disebut joint-cost atau commont cost.  Oleh karena biaya produksi untuk masing-masing produk harus diketahui , maka usaha untuk mengalokasi biaya bersama harus dilakukan secara adil dan teliti. Pengalokasian secara adil dan teliti merupakan masalah yang harus dicapai pemecahannya. Salah satu pemecahannya adalah mengalokasi biaya bersama dengan menggunakan nilai jual relatif dari produk-produk tersebut.
Untuk produk yang diproduksi bersama tersebut ada dua kemingkinan :
  1. Setelah titik pisah, masing-masing produk dapat dijual langsung karena produk tersebut merupakan produk akhir.
  2. Setelah titik pisah, produk tersebut sebagian dapat dijual langsung atau dapat  juga diproses lebih lanjut menjadi produk baru.
Untuk produk jenis kedua, jika diproses lebih lanjut sudah barang tentu membutuhkan biaya tambahan guna memproses produk tersebut, Setelah diproses lebih lanjut, diharapkan produk tersebut dapat dijual dengan harga lebih tinggi sehingga selain dapat menutup biaya tambahan ditambah biaya semula (sebelum titik pisah) diharapkan juga keuntungan perusahaan meningkat dibandingkan keuntungan jika dijual langsung. Masalah yang akan dibahas adalah keputusan manajemen yang bijaksana, apakah produk dijual langsung setelah split-off point atau diproses lebih lanjut. Tekanannya adalah alokasi biaya setelah split-off point.


DAFTAR PUSTAKA



Posted by Kelompok 11 On 17.37
PENGERTIAN DAN PENERAPAN HARGA POKOK TRANSFER


Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi merupakan pusat laba. Untuk organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah unit dipakai sebagai masukan bagi unit lain. Transaksi antar unit ini mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme transfer pricing. Transfer pricing didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division)dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.
Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggung jawaban. Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi.

1.      Harga Pokok Transfer Divisi Penjualan Yang Dapat Diterima
Jika actual cost dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer, kemungkinan yang dapat terjadi adalah divisi pembeli akan dibebani inefisiensi yang terjadi di divisi penjual. Akibatnya divisi penjual tidak termotivasiuntuk mengendalikan biaya dengan secara efisien manakala inefisiensi yang terjadi pada divisinya dapat secara otomatis dapat dibebankan kepada divisi pembeli. Untuk mencegah hal ini, maka biaya sesungguhnya sebaiknya tidak digunakan sebagai dasar dalam menetapkan harga transfer.
Bagi divisi penjualan, bila biaya standar digunakan sebagai dasar dalam penentuan harga transfer dapatmenimbulkan keengganan dalam menaikkan efisiensi produksinya. jika divisi penjual memperbaiki efisiensi produksinya, biaya yang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer akan turun. Dengan turunnya hargatransfer mengakibatkan turunnya laba yang diperoleh divisi penjual.
Agar memberikan dorongan bagi divisi penjual untuk memperbaiki efisiensi produksinya, penggunaan biayastandar sebagai hasil perbaikan efisiensi di divisi penjual tidak digunakan segera sebagai dasar baru dalam penentuan harga transfer. Dalam jangka waktu tertentu divisi penjual diberi kesempatan untuk menikmatitambahan laba akibat perbaikan efisiensi di divisi tersebut.

2.      Harga Pokok Transfer Divisi  Pembelian Yang Paling Tinggi Yang Dapat Diterima
Jika biaya standar digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer, divisi pembeli tidak dibebani dengankemungkinan adanya inefisiensi pada divisi penjual, karena biaya standar mencerminkan operasi terbaik dengan biaya yang seharusnya di divisi penjual. Harga transfer yang menggunakan biaya standar sebagai dasar akanmemberikan keuntungan bagi divisi pembeli, karena divisi pembeli dibebani dengan biaya yang seharusnya untuk memproduksi satu satuan produk atau jasa dan' divisi penjual.

3.      Evaluasi Atas Harga Transfer Yang Dapat Dinegosiasikan
Harga transfer yang dinegosiasikan adalah harga transfer yang disepakati antara divisi-divisi penjualan dan pembelian. Negosiasi harga transfer memliki beberapa keunggulan:
·         Melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi.
·         Manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer daripada pihak luar.
Pada saat negosiasi harga transfer digunakan, manajer yang terlibat dalam suatu transfer yang diusulkan, dan membahas syarat dan ketentuan harga transfer. Kita tidak dapat mengetahui harga transfer secara pasti, namun kita dapat menetukan harga transfer secara memperkirakan dua hal:
a.            Divisi penjualan akan setuju untuk mentransfer hanya jika laba divisi penjualan meningkat sebagai hasil dari transfer.
b.            Divisi pembelian akan setuju untuk transfer hanya jika laba divisi pembelian juga meningkat sebagai hasil dari transfer

      Harga transfer berdasarkan metode negosiasi merupakan harga transfer yang disepakati antara dua divisi yang terlibat dalam penjualan dan pembelian.
Beberapa keunggulan metode negosiasi ini adalah:
§  Dapat melindungi otonomi masing-masing divisi dan hal ini konsisten dengan semangat desentralisasi.
§  Manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik dan akurat tentang biaya dan laba potensial masing-masing divisi dibanding jika mengandalkan informasi tersebut dari pihak luar perusahaan.
Pada saat dilakukan negosiasi antar divisi menyangkut harga transfer yang akan diputuskan, tentunya manajer masing-masing divisi akan mengajukan beberapa syarat (option) untuk mempertahankan kinerja divisnya masing-masing.
Jika masing-masing mananajer tidak dapat mengetahui atau menetapkan harga transfer secara pasti, maka harga transfer dapat diputuskan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a.            Divisi penjual akan setuju untuk mentransfer barang ke divisi pembeli hanya jika laba divisi penjual meningkat sebagai hasil dari aktivitas transfer.
b.            Divisi pembeli akan setuju untuk menerima barang yang ditransfer hanya jika laba divisi pembeli juga meningkat sebagai hasil dari aktivitas transfer.

4.      Aspek Internasional Harga Transfer
Tujuan harga transfer berubah apabila melibatkan multinational cosporation (MNC) serta barang dan jasa ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga transfer internasional, sebagaimana dibandingkan dengan penentuan harga transfer domestik.

Tujuan penentuan harga transfer internasional terfokus pada meminimalkan pajak, bea cukai, dan resiko pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu posisi kompetitif perusahaan dan memperbaiki hubungannya dengan pemerintahan asing. Walaupun tujuan domestik seperti motivasi manajerial dan otonomi divisi selalu penting, mereka seringkali menjadi sekunder pada saat transfer internasional terlibat. Perusahaan akan berfokus bukan pada pembebanan suatu harga transfer yang akan menyerang rekening pajak total atau yang akan memperkuat anak perusahaan asing.



DAFTAR PUSTAKA


Translate

Chatbox


Try Relay: the free SMS and picture text app for iPhone.